Insitut Teknologi Bandung (ITB) lagi-lagi
berusaha memunculkan cerminan bahwa sebenarnya Indonesia bisa menyusul
negara-negara maju di dunia dalam pengembangan teknologi. Hal tersebut
dibuktikan dengan ramainya area pusat anjungan tunai mandiri (ATM) Kampus ITB
oleh berbagai benda karya inovasi inovasi mahasiswa dari berbagai daerah, pada
Sabtu (2/2) hingga Minggu (3/2).
Mechanical
Fesitval 2013 merupakan sebuah acara yang dilaksanakan oleh sekelompok mahasiswa
ITB yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Mesin dari Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB. Setelah tahun 2011 yang merupakan
pertama kali acara ini diadakan, tahun ini tema yang diusung adalah “Engineering
for Suistanable Development” atau teknik untuk pembangunan berkelanjutan. Salah
satu konten Mechanical Fesitval 2013 adalah National Innovation Contest. Konten
ini merupakan ajang kontes yang terdiri dari beberapa kategori. Salah satunya
adalah Kontes Inovasi Teknologi untuk Mahasiswa.
Kontes Inovasi
Teknologi untuk Mahasiswa tersebut menghadirkan puluhan mahasiswa dari berbagai
universitas di Indonesia untuk menunjukkan bahwa mereka turut andil dalam pembangunan
teknologi. Menurut Ketua Pelaksana Mechanical Festival 2013 Arfianto, peserta
yang mempertunjukkan karyanya di Kampus ITB tersebut berjumlah 20 kelompok,
yang masing-masingnya terdiri atas tiga mahasiswa dari satu perguruan tinggi.
Di samping
menantang mahasiswa untuk dapat berinovasi dalam teknologi dan mewujudkan
pembangunan berkelanjutan, kontes ini juga memberikan penghargaan dalam bentuk
uang yang luar biasa. Arfianto mengatakan, total hadiah yang akan diperoleh
pemenang mencapai Rp 25 juta. “Juara pertama Rp 12,5 juta, kedua Rp 7,5 juta,
dan peringkat ketiga RP 5 juta,” kata
mahasiswa Jurusan Teknik Mesin angkatan 2009 tersebut. Selain juara satu sampai
tiga, Arfianto menambahan, juga ada pemenang inovasi terfavorit. Arfianto
menambahkan, karya-karya inovasi ini dinilai oleh juri dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia dan salah seorang dosen Jurusan Teknik Mesin ITB, Ir
Hendy Riyanto.
Karya inovasi
teknologi yang dipajang di stand untuk dipertunjukkan sistem
kerjanya tersebut tidak semua merupakan karya asli yang secara langsung membantu
pembangunan. Hampir seluruh karya tersebut merupakan contoh yang hanya untuk
pertunjukan. “Yang dipajang di sana hanyalah mock-up atau contoh inovasi yang diciptakan, bukan yang sebenarnya”
kata Arfianto. Ia menambahkan, pembuatan mock-up yang akan dipertunjukkan dan
menjadi penilaian tersebut mendapat bantuan dari panitia acara sebesar Rp 500
ribu.
Salah satu
kelompok peserta kontes ini adalah Defrian, Kristofer, dan Ryan dan Jurusan
Teknik Mesin Universitas Indonesia (UI). Dalam kesempatan itu ia menampilkan
inovasi yang mereka namakan dengan Integrated
Pelton Wheel Generator. Ketika ditemui di acara tersebut, Kristofer seraya
memperlihatkan cara kerja mesin tersebut, yakni memutar baling-baling yang
terbuat dari sendok, hingga menyalakan lampu yang terpasang di alat tersebut.
Selanjutnya Defrian menjelaskan bahwa mesin ini sebenarnya telah ada, namun
kelebihan yang mereka buat adalah anti kebisingan dan bisa dibongkar pasang.
Defrian mengaku,
ketika diwawancarai, bangga bisa ikut kontes ini. Menurutnya, kontes inovasi
ini dapat mengembangkan pemikiran dan kreativitas mahasiswa untuk pembangunan,
terutama dengan karya yang ia dan kawan-kawan ciptakan. “Kontes dan inonvasi
yang ada perlu dikembangkan di Indonesia, karena memiliki dampak positif untuk
bangsa,” katanya. Ia juga mengkritik, saat ini Indonesia sendiri masih kurang
menghargai karya inovasi anak muda, sehingga tidak mampu berkembang untuk
pembangunan, seperti yang dialami Habibi.
Selanjutnya pada
kontes tersebut dapat ditemui sebuah kompor yang ternyata tidak mengeluarkan
api untuk memasak. Alat tersebut merupakan inovasi yang dibuat oleh Feri
Herdiana bersama rekannya Ganjar Candra dan Dede Irawan dari Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sangat menakjubkan,
inovasi yang mereka namai Kompor Magnet atau Komnet tersebut ternyata tidak
panas jika bagian untuk memanaskan tungku disentuh. Menurut Feri,
besar-kecilnya panas yang dihasilkan kompor dapat diatur dengan ukuran watt.
Selain Defrian
dkk dengan Integrated Pelton Wheel
Generator dan Feri dengan Komnetnya, pengunjung dapat melihat banyak lagi
karya anak negeri yang dapa membantu pembangunan berkelanjutan, sesuai dengan
tema acara tersebut. Di antaranya adalah Mesin Penghasil Biogas dari sirup
sawit, mesin pembuat bioetanol sebagai alternative bahan bakar minyak, kompor
berbahan bakar oxyhydrogen, lemari
pendingin termoelektrik, alga penyaring knalpot, dan lain-lain.
Selan kategori
kontes inovasi teknologi antar mahasiswa, dalam konten acara National Innovation
Contest juga ada beberapa kategori kontes lain. Di antara kategori tersebut
adalah Soap Box Car Racing atau
perancangan kendaraan tanpa mesin untuk siswa sekolah menengah atas (SMA), dan
lomba membuat model kendaraan masa depan untuk siswa sekolah menengah pertama
(SMP). “Ada juga lomba menggambar untuk anak SD, yaitu menggambar lingkungan
Kota Bandung dan kendaraan masa depan,” kata Arfianto. Afif-mj03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar