Halaman

Jumat, 22 Februari 2013

Mechanic Festival ITB Inovasi Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan




Insitut Teknologi Bandung (ITB) lagi-lagi berusaha memunculkan cerminan bahwa sebenarnya Indonesia bisa menyusul negara-negara maju di dunia dalam pengembangan teknologi. Hal tersebut dibuktikan dengan ramainya area pusat anjungan tunai mandiri (ATM) Kampus ITB oleh berbagai benda karya inovasi inovasi mahasiswa dari berbagai daerah, pada Sabtu (2/2) hingga Minggu (3/2).
Mechanical Fesitval 2013 merupakan sebuah acara yang dilaksanakan oleh sekelompok mahasiswa ITB yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Mesin dari Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB. Setelah tahun 2011 yang merupakan pertama kali acara ini diadakan, tahun ini tema yang diusung adalah “Engineering for Suistanable Development” atau teknik untuk pembangunan berkelanjutan. Salah satu konten Mechanical Fesitval 2013 adalah National Innovation Contest. Konten ini merupakan ajang kontes yang terdiri dari beberapa kategori. Salah satunya adalah Kontes Inovasi Teknologi untuk Mahasiswa.
Kontes Inovasi Teknologi untuk Mahasiswa tersebut menghadirkan puluhan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia untuk menunjukkan bahwa mereka turut andil dalam pembangunan teknologi. Menurut Ketua Pelaksana Mechanical Festival 2013 Arfianto, peserta yang mempertunjukkan karyanya di Kampus ITB tersebut berjumlah 20 kelompok, yang masing-masingnya terdiri atas tiga mahasiswa dari satu perguruan tinggi.
Di samping menantang mahasiswa untuk dapat berinovasi dalam teknologi dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan, kontes ini juga memberikan penghargaan dalam bentuk uang yang luar biasa. Arfianto mengatakan, total hadiah yang akan diperoleh pemenang mencapai Rp 25 juta. “Juara pertama Rp 12,5 juta, kedua Rp 7,5 juta, dan peringkat ketiga  RP 5 juta,” kata mahasiswa Jurusan Teknik Mesin angkatan 2009 tersebut. Selain juara satu sampai tiga, Arfianto menambahan, juga ada pemenang inovasi terfavorit. Arfianto menambahkan, karya-karya inovasi ini dinilai oleh juri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan salah seorang dosen Jurusan Teknik Mesin ITB, Ir Hendy Riyanto.
Karya inovasi teknologi yang dipajang  di stand untuk dipertunjukkan sistem kerjanya tersebut tidak semua merupakan karya asli yang secara langsung membantu pembangunan. Hampir seluruh karya tersebut merupakan contoh yang hanya untuk pertunjukan. “Yang dipajang di sana hanyalah mock-up atau contoh inovasi yang diciptakan, bukan yang sebenarnya” kata Arfianto. Ia menambahkan, pembuatan mock-up yang akan dipertunjukkan dan menjadi penilaian tersebut mendapat bantuan dari panitia acara sebesar Rp 500 ribu.
Salah satu kelompok peserta kontes ini adalah Defrian, Kristofer, dan Ryan dan Jurusan Teknik Mesin Universitas Indonesia (UI). Dalam kesempatan itu ia menampilkan inovasi yang mereka namakan dengan Integrated Pelton Wheel Generator. Ketika ditemui di acara tersebut, Kristofer seraya memperlihatkan cara kerja mesin tersebut, yakni memutar baling-baling yang terbuat dari sendok, hingga menyalakan lampu yang terpasang di alat tersebut. Selanjutnya Defrian menjelaskan bahwa mesin ini sebenarnya telah ada, namun kelebihan yang mereka buat adalah anti kebisingan dan bisa dibongkar pasang.
Defrian mengaku, ketika diwawancarai, bangga bisa ikut kontes ini. Menurutnya, kontes inovasi ini dapat mengembangkan pemikiran dan kreativitas mahasiswa untuk pembangunan, terutama dengan karya yang ia dan kawan-kawan ciptakan. “Kontes dan inonvasi yang ada perlu dikembangkan di Indonesia, karena memiliki dampak positif untuk bangsa,” katanya. Ia juga mengkritik, saat ini Indonesia sendiri masih kurang menghargai karya inovasi anak muda, sehingga tidak mampu berkembang untuk pembangunan, seperti yang dialami Habibi.
Selanjutnya pada kontes tersebut dapat ditemui sebuah kompor yang ternyata tidak mengeluarkan api untuk memasak. Alat tersebut merupakan inovasi yang dibuat oleh Feri Herdiana bersama rekannya Ganjar Candra dan Dede Irawan dari Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sangat menakjubkan, inovasi yang mereka namai Kompor Magnet atau Komnet tersebut ternyata tidak panas jika bagian untuk memanaskan tungku disentuh. Menurut Feri, besar-kecilnya panas yang dihasilkan kompor dapat diatur dengan ukuran watt.
Selain Defrian dkk dengan Integrated Pelton Wheel Generator dan Feri dengan Komnetnya, pengunjung dapat melihat banyak lagi karya anak negeri yang dapa membantu pembangunan berkelanjutan, sesuai dengan tema acara tersebut. Di antaranya adalah Mesin Penghasil Biogas dari sirup sawit, mesin pembuat bioetanol sebagai alternative bahan bakar minyak, kompor berbahan bakar oxyhydrogen, lemari pendingin termoelektrik, alga penyaring knalpot, dan lain-lain.
Selan kategori kontes inovasi teknologi antar mahasiswa, dalam konten acara National Innovation Contest juga ada beberapa kategori kontes lain. Di antara kategori tersebut adalah Soap Box Car Racing atau perancangan kendaraan tanpa mesin untuk siswa sekolah menengah atas (SMA), dan lomba membuat model kendaraan masa depan untuk siswa sekolah menengah pertama (SMP). “Ada juga lomba menggambar untuk anak SD, yaitu menggambar lingkungan Kota Bandung dan kendaraan masa depan,” kata Arfianto. Afif-mj03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar