Halaman

Sabtu, 01 Desember 2012

PILIHLAH YANG TERBAIK UNTUK KEMA UNPAD!!



Sebuah Pandangan dari Mahasiswa Unpad yang Awam Akan BEM Kema Unpad


Hidup Mahasiswa!!!

Kampanye Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Capres-Cawapres BEM Unpad) telah ditutup pada Selasa (27/11) lalu. Kampanye untuk memeriahkan Pemilu Raya Unpad (Prama) itu bertujuan memperlihatkan kepada mahasiswa Unpad siapa saja calon yang pantas dan akan menjalankan kelanjutan kepemimpinan eksekusi Keluarga Mahasiswa Unpad. Dari kampanye ini, setidaknya mahasiswa Unpad yang awalnya belum mengetahui bagaimana kualitas calon pemimpin bisa mengenal dan menilai sendiri bagaimana pemimpin yang baik untuk BEM Kema Unpad. Hal ini dilakukan karena memang sistem yang diterapkan adalah sistem demokrasi, yang menuntut adanya kampanye, agar calon pemilih bisa memiliki gambaran untuk memberikan suaranya. Sangat diharapkan suara yang diberikan tidak asal-asalan. 

Baru Kenal di Prama Unpad 2012

Jujur, saya bukan tim sukses salah satu calon, saya tidak satu jurusan dengan masing-masing calon, saya tidak pernah satu KKN dengan masing-masing  calon. Pada intinya saya tidak pernah mengenal masing-masing calon, sebelum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Unpad mempersilahkan mereka memperkenalkan diri pada khalayak Unpad, dan ‘bernarsis’ diri agar mereka calon pemilih melirik pada mereka. Lebih tepatnya, saya benar-benar mengetahui siapa mereka sejak Prama  dipanas-panasi oleh kabar bahwa adanya bakal calon yang mengundurkan diri karena ambiguitas peraturan menurut bakal calon tersebut. Ya, saya sendiri yang membuat tulisan ‘ambiguitas peraturan KPU’ tersebut. 

Di sini saya menulis tulisan ini, hanya memberikan pandangan saya terhadap capres-cawapres. Berdasar pada pasal 28 UUD 1945, saya berhak menyampaikan pendapat saya. Penilaian saya objektif, berdasar pada apa yang saya perhatikan selama sekitar satu bulan atau lebih. Mungkin tak cukup waktu sebulan untuk menilai calon-calon ini, tapi apa boleh buat, saya baru mengenal mereka baru ketika kampanya Prama akan dimulai. Baiklah, saya akan langsung memberikan pandangan terhadap Helby-Nabila dan Wildan-Rendy. 

Kemampuan Menyampaikan Pesan

Dari dua pasang calon tersebut, saya lebih dahulu mengenal Wildan-Rendy, ketika memberikan tambahan kesaksian atas ambiguitas KPU yang saya beritakan. Awalnya saya ingin mewawancarai kedua pasang calon, tapi saya hanya punya link ke Wildan. Namun, ini tidak masalah, karena saya hanya menambahkan data dari sisi calon yang lain. 

Ketika akan mewawancarai Wildan, ia mengajak Rendi untuk bersama-sama menjawab pertanyaan saya. Dari sana saya menilai bahwa pasangan ini kompak, dan selalu bersama-sama dalam mengambil keputusan. Namun, di sisi kritis saya, saya justru menilai Wildan yang nantinya akan menjadi Presiden, pemimpin teratas, tidak mampu mengambil keputusan atas pemikiran sendiri, selalu butuh bantuan Rendi. 

Hal ini juga berlanjut pada sesi debat Capres-cawapres hari kedua, di gerbang lama kampus Unpad Jatinangor. Saya menilai di sana Wildan selalu meminta bantuan kepada Rendi untuk melengkapi jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Di satu sisi bisa dinilai baik, mereka kompak dan saling melengkapi. Namun, di sisi lain, ini cukup berbahaya jika Presiden Kema kelak tak mampu mengatasi secara total jika ia harus berjuang sendiri dalam suatu keadaan yang pelik. 

Beberapa hari setelah tulisan saya beredar di dunia maya, saya baru bertemu dengan Helby yang saat itu tengah berkeliling kawasan Unpad, melihat aktivitas mahasiswa Unpad di sore hari. Saat itu Helby datang bersama Iqbal, salah satu Tim Sukses Helby-Nabila ke taman komplek UKM Unpad bagian barat. Di sanalah saya pertama kali berbincang dengan Helby. Helby terkesan ramah, dan tak banyak bicara. Satu sisi saya menilai Helby tak mampu berdialog banyak dengan mahasiswa Unpad lainnya yang baru ia kenal, di sisi lain saya juga menilai Helby adalah pendengar yang baik, yang mendengarkan kritikan dan masukan mahasiswa Unpad lainnya. 

Hal tersebut berbeda dengan Helby yang ada di dunia maya (Facebook). Tak jarang Helby yang “berteman” dengan saya beberapa hari setelah saya masuk grup Warna-warni Unpad—sebuah grup diskusi, kritikan, dan masukan, serta kampanye bagi Helby-Nabila, mampu menjawab hampir semua pertanyaan dan kritikan yang disampaikan kepadanya. 

Helby menjawab dengan pilhan kata yang sedikit ‘nyeleneh’ dan banyak bercanda. Hal tersebut bisa dinilai 
positif, yakni sebagai cara Helby bergaul dan merakyat dengan mahasiswa Unpad lainnya secara umum, bisa juga dinilai negatif, yakni memang begitulah cara Helby, yang terkesan kurang serius. 

Hal ini menjadi suatu perbandingan dengan Wildan-Rendi yang terkesan banyak diam di grup lain yang mereka jadikan wadah diskusi, pemberian kritikan, dan masukan serta kampanye, Wafer Unpad. Wildan-Rendi lebih banyak diam, dengan segala kritikan. Pernah di awal-awal pembentukan grup, ada oknum yang memaki pasangan Wildan-Rendi, mereka tidak mampu menjawab. Yang menjawab hanyalah tim sukses dan orang-orang yang membela mereka. Saya juga pernah melemparkan suatu pertanyaan, namun tidak dijawab. Padahal beberapa detik setelahnya salah satu dari Wildan-Rendi mengomentari sebuah postingan yang dipost oleh Tim Sukses mereka. 

Ini berbeda dengan Helby. Ketika pasangan Helby-Nabila dihujani banyak pertanyaan, Helby mampu menjawab dengan menyesuaikan cara menjawab dengan cara orang yang bertanya memberikan pertanyaan. Ketika pertanyaan sedikit tidak sopan, ia cukup menjawab dengan cara ‘nyeleneh’dan banyak bercanda. Ketika pertanyaan serius dan sopan, ia pun menjawab dengan sopan dan serius. 

Untuk Nabila, saya baru mengenalnya beberapa hari sebelum debat calon, ketika Helby-Nabila berkunjung ke Unit Pencinta Budaya Minangkabau (UPBM). Saat itu saya dan teman-teman baru saja memulai forum evaluasi hari sekre—sebuah aktivitas rutin UPBM. Di sana Nabila memperkenalkan dirinya, dan mencoba menjawab beberapa pertanyaan anggota UPBM yang ingin bertanya pada Helby-Nabila. Jujur, saya menilai Nabila sedikit susah untuk pemilihan kata-kata dalam penyampaian sebuah pesan, mungkin karena grogi. Namun, di balik kegrogiannya itu, pesan yang ia sampaikan to the point, tidak berbelit-belit. Hal ini menjadi nilai positif, di balik nilai negatif yang ada pada diri Nabila. 

Media Kampanye

Selama masa kampanye, banyak cara yang dilakukan calon dan tim suksesnya masing-masing untuk menarik perhatian mahasiswa Unpad. Ada baligho, poster, spanduk, pamflet, video, dan lain-lain. Antara dua calon ini, dalam hal publikasi kampanye, mereka seperti tidak sebanding. Pasalnya, publikasi kampanye Wildan-Rendi ada di banyak sudut-sudut penting Unpad, terutama Unpad Jatinangor. Untuk baligho ada dua di Jatinangor, dan ada satu di Dipatiukur. Selain itu juga ada spanduk-spandu yang terletak di sisi unpad yang sering dilalui mahasiswa Unpad. Begitu juga dengan publikasi lainnya yang tergolong kecil seperti pamflet dan poster. Hal ini berbeda dengan Helby-Nabila yan hanya punya dua baligho, masing-masing di Jatinangor dan Dipatiukur, dan selebihnya pamflet-pamflet kecil yang disebarkan. 

Wildan-Rendi terkait publikasi itu pernah ditanyakan dari mana uang mereka bisa memproduksi begitu banyak publikasi. Mereka diminta untuk meberikan transparansi. Jawaban yang keluar dari pihak Wildan-Rendi ialah ini merupakan dana sumbangan, dan pihak Wildan-Rendi memperlihatkan bukti tertulis di web mereka mengenai aturan tertulis dari pihak mereka terkait uang pemasukan untuk kampanye Wildan-Rendi. 

Dua baligho yang diterbitkan di Unpad Jatinangor menyampaikan dua isi yang berbeda. Pada baligho pertama, hal yang disampaikan adalah prestasi dan pengalaman keorganisasian WIldan-Rendi. Pada baligho kedua, yang disampaikan barulah visi misi dan rencana program kerja Wildan-Rendi jika nanti terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden BEM Kema Unpad. Baligho kedua ini barulah bisa dibandingkan dengan baligho Helby-Nabila yang juga menyampaikan visi-misi dan rencana program, kerjanya. 

Selain publikasi baligho, dalam masa kampanye juga ada video yang beredar di Facebook. Sejauh pengamatan saya mengikuti perjalanan kampanye dua pasang calon ini, saya hanya melihat dua video kampanye, dua-duanya diedarkan oleh pasangan Wildan-Rendi. Mungkin Helby-Nabila juga menggunakan video sebagai media kampanye, tapi saya tak melihatnya. 

Dua video yang dikreasikan tim sukses Wildan-Rendi dapat dinilai aneh dan tidak merepresentasikan ‘kekuatan’ yang mereka tawarkan untuk bisa menjadi Presiden-Wakil Presiden BEM Kema Unpad. Pada video pertama, yang diperlihatkan hanyalah hobi Wildan-Rendi, yakni masing-masing bola basket dan futsal. Pada video kedua, justru makin aneh lagi. Video yang dibuat berisikan mahasiswa-mahasiswa Unpad yang menari-nari “Gangnam Style” yang dipopulerkan PSY dari Korea. Di sana Wildan-Rendi juga memberikan beberapa pesan-pesan, salah satunya pesan anjuran memakai helm, meskipun Rendi yang sendiri tidak memakai helm ketika mengendarai sepeda motor. Namun, setidaknya ini adalah usaha lebih dari pasangan Wildan-Rendi dalam berkampanye dibanding pasangan Helby-Nabila yang lebih sering berkampanye berkeliling Unpad. 

Debat Kandidat

KPU memiliki agenda terakhir dalam masa kampanye, sebelum masa tenang dan masa pencoblosan, yakni debat capres-cawapres. Dalam debat tersebut sebenarnya kita bisa melihat kualitas pemikiran dan cara komunikasi antara dua calon ini. Debat ini melibatkan beberapa panelis berpengalaman dan mahasiswa Unpad lainnya. 

Tanpa saya sebutkan pun sebenarnya mahasiswa Unpad lainnya yang datang saat itu bisa menilai dan membandingkan kualitas pemikiran Helby-Nabila berada di atas Wildan-Rendy. Wildan-Rendi memiliki kualitas dalam menyampaikan kata-kata, dan mereka cukup berusaha atraktif dalam berkomunikasi pada debat tersebut. Namun, Wildan-Rendi cenderung menyampaikan hal-hal yang normatif dan bertele-tele, sehingga panelis sendiri terkesan sulit menangkap maksud jawaban dari Wildan-Rendi. 

Saya punya beberapa alasan mengapa kualitas pemikiran Helby-Nabila lebih baik, berdasar pada pandangan saya pada saat kampanye. Helby-Nabila lebih awal mendapat pertanyaan dari panelis yang begitu menekan dan terkesan memojokkan. Namun, Helby-Nabila mampu menjawab tekanan tersebut dengan tenang, bahkan Helby dengan berani mengembalikan penekanan ke panelis, yang tak mampu dikembalikan oleh panelis. Hal serupa juga diperlakukan kepada Wildan-Rendi, namun Wildan-Rendi menjawab dengan bertele-tele, dan membuat panelis terus bertanya, hingga panelis terkesan malas untuk bertanya lagi. 

Selanjutnya, panelis memberikan sebuah permainan yang memperlihatkan bagaimana calon mempersepsikan sebuah kata menurut pengalaman dan pemahamannya. Panelis menyebutkan satu kata, calon harus membalas dengan kata lain yang merupakan persepsi calon terhadap kata tersebut. Dari permainan tersebut terlihat Helby, meskipun gugup mampu menjawab dengan baik setiap kata demi kata yang diberikan panelis. Setelah Helby, Wildan justru terlihat jatuh perbandingannya dengan Helby dalam memberikan jawaban. Wildan justru menjawab dengan kata-kata yang mirip atau sejenis dengan kata yang dilemparkan panelis. Bahkan panelis mengeluarkan celetukan “Oh, My God”, setelah Wildan menjawab kata terakhir yang dilemparkan panelis. 

Banyak hal lain yang memperlihatkan kualitas pemikiran Helby-Nabila dalam debat tersebut, meskipun sebenarnya Nabila sendiri sedikit terbata-bata dalam penyampaian, namun sebenarnya langsung mengenai sasaran pesan. Hal lain yang bisa dijadikan penilaian adalah cara masing-masing calon menanggapi sebuah insiden dalam debat. Insiden tersebut adalah pelemparan telur oleh anggota Front Aksi Mahasiswa (FAM) setelah Iqbal, salah satu dari mereka memberikan pertanyaan. Helby mampu menanggapi dengan tenang, dan melontaran sebuah kalimat. “Idealisme tidak harus ditunjukkan dengan teriakan,” kalimat tersebut ditambah penanggapan lain oleh Helby cukup membuat FAM tak kembali meneriaki Helby. Namun, ketika Rendi mencoba menanggapi dengan normatif, “mau tidak FAM nanti bekerja sama dengan BEM?”, FAM diwakili Iqbal kembali membalas dengan teriakan. Terdengar samar-samar, “apa maksud Anda menanyakan hal tersebut?”. 

Pandangan Teman-teman

Saya juga mendengar beberapa pandangan mahasiswa Unpad lain mengenai dua pasangan calon ini. Untuk Wildan-Rendi, beberapa saya mendengar bahwa BEM Kema akan tetap seperti yang sudah-sudah jika mereka yang memilih. Helby-Nabila menawarkan suatu perubahan. Namun pasangan Wildan-Rendi punya massa yang mutlak untuk pencoblosan nanti, ia tinggal mencari suara-suara tambahan. Wildan-Rendi pun punya pengalaman dan prestasi yang luar biasa untuk menjadi seorang pemimin Kema Unpad.

Untuk Helby-Nabila, dari awal saya mendapatkan bahwa pasangan Helby-Nabila adalah calon yang minoritas dalam hal massa. Namun, ada yang membantah karena Nabila mampu mewakili Unpad Dipatiukur. Saya juga mendengar pandangan negatif terhadap Nabila yang kurang dalam vokalnya, dan itu menjadi hal yang menjatuhkan Nabila. 

Ini hanya pandangan subjektif yang berusaha objektif dari saya. Saya tidak berusaha memengaruhi pembaca atau mahasiswa Unpad lain untuk memilih satu di antara calon, tapi hanya menyampaikan suatu pandangan sebagai mahasiswa Unpad yang awam akan politik kampus, terutama di Kema Unpad. Saya juga hanya berusaha membantu teman-teman untuk membuka pikiran terhadap calon yang akan dipilih. Saya juga tidak bermaksud menjatuhkan salah satu calon melalui tulisan saya, jika teman-teman pembaca mengangkap sebuah persepsi demikian.

Maka dari itu, satu pesan saya, pilihlah yang terbaik. Masih ada waktu untuk kita memikirkan siapa yang terbaik untuk Kema Unpad secara keseluruhan, bukan untuk kepentingan segelintir orang saja. Banyak hal yang harus kita perbaiki untuk Kema Unpad, banyak hal juga yang bisa lakukan untuk membuat nama Unpad jauh lebih baik, banyak hal juga yang bisa kita lakukan untuk INDONESIA. Jangan sampai kita salah pilih. Jangan menilai satu di antara dua calon ini karena subjektifitas dan kedekatan untuk kemudian dipilih. 

Carilah yang terbaik!!


Hidup Mahasiswa!! Hidup Rakyat Indonesia!!!

Silahkan dikomentari jika setuju, atau tidak setuju. Jika tak suka, mari berdiskusi di dunia nyata.

Semoga bermanfaat :)