Halaman

Jumat, 25 Januari 2013

PLTSa Masih dapat Keraguan



BANDUNG—Pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Kota Bandung yang akan dibangun
di Gede Bage yang akan memasuki masa pelelangan investor. Namun perencanaannya masih
memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan itu menimbulkan kritikan dari Profesor Okan, ketika
mendatangi rapat perkembangan proses kinerja dan pelelangan pembangungan PLTSa, Selasa
(22/1).

Dalam rapat yang di Balai Kota Bandung tersebut Wali Kota Bandung Dada Rosada
meminta pembahasan persiapan lelang kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang disampaikan oleh konsultan bidang perencanaan infrastruktur Bappenas, Lukas
Hutagalung. Selain itu Dada juga meminta diperbandingkan dengan persiapan teknis yang telah
dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung.

Pada tertemuan tersebut Profesor Okan menyampaikan beberapa hal yang membuatnya
ragu akan pembangunan PLTSa. Di antara yang diragukannya adalah jalan masuk ke kawasan
PLTSa yang dikerjakan oleh Dinas Bina Marga Kota Bandung. Menurutnya, jalan masuk yang
berada di KM 149 masih kurang dan harus dikaji ulang. “Bagaimana jika Persib main? Lalu jika
ada sampah yang kluar masuk?" tanyanya setelah semua pihak menjelaskan.

Hal lain yang ia pertanyakan adalah air yang digunakan untuk menjalankan PLTSa.
Mengenai air, Dada Rosada meminta air dapat dipenuhi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
sekitar 15 hingga 50 liter per detik. PDAM yang diwakili oleh langsung Direktur Utama PDAM
menyampaikan air yang dapat disalurkan mencapai 20 liter per detik dari daerah Bojong Soang.

Profesor Okan meragukan hal tersebut. Ia berpendapat air 20 liter per detik dari Bojong
Soang hanya akan memfasilitasi air di Bojong Soang. “Bukankah itu baru di Bojong Soang?
Apakah cukup untuk sampai ke PLTSa?”, katanya mempertanyakan. Air tersebut juga harus
dialirkan ke PLTSa dari Bojong Soang dengan menempuh jarak 14 km. Jarak 14 km tersebut
membutuhkan pipa panjang yang tentunya dialirkan melalui lahan penduduk.

Kritikan tersebut diakui oleh Dada Rosada sebagai kekurangan yang harus diatasi. Ia
meminta tanggung jawab dan komitmen untuk penyelesaian pembangunan tersebut. Dada juga
mengharapkan pembangunan PLTSa dapat dibantu oleh berbagai pihak.

Berdasarkan perencanaan Bappenas lelang akan dimulai dengan penerbitan dokumen
lelang kepada peserta lelang pada tanggal 1 Februari 2013. Jadwal lelang yang disampaikan
Bappenas tersebut juga menjadi keraguan bagi Profesor Okan. Ia berharap segala kekurangan
diperbaiki atau segera dijelaskan pada investor sebelum tanggal lelang dibuka yang tinggal
beberapa hari.

Pada rapat tersebut Bappenas menyampaikan beberapa hal terkait jadwal lelang, strategi
konsultasi rancangan perjanjian kerjasama DPRD, konfirmasi mekanisme pembayaran tipping
fee melalui SKPD, status lahan proyek, ketersediaan air untuk proyek, pintu masuk ke lokasi
proyek melalui tol Purbaleunyi, penerapan TKDN, serta mekanisme pemasokan sampah oleh PD
Kebersihan. Afif-mj03

FAM-NU Tuntut Pendataan Ulang DPT



BANDUNG—Forum Aktivis Muda Nahdhatul Ulama Jawa Barat melakukan unjuk rasa yang menuding
Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat tidak bekerja sama sekali. Pasalnya, mereka mendapatkan sekitar
4 juta data pemilih tetap (DPT) yang hilang. Tudingan tersebut disampaikan di kantor KPU Jawa Barat, Jl
Garut, Jumat (18/1).

Data yang dimiliki oleh FAM-NU menyebutkan (Data Penduduk Pemilih Potensial Pemilu) DP4 yang ada
seharusnya berjumlah 36, 64 juta, namun yang KPU menyebutkan hanya 32,53 juta DPT. “Itu artinya
ada 4 juta penduduk yang kehilangan suara, dan 4 juta itu jumlah yang tidak main-main,” kata Asep
Hadian Permana, yang berlaku sebagai koordinator lapangan aksi tersebut. Ia menambahkan, “Salah sat
kecamatan yang kehilangan itu Kecamatan Lengkong, yaitu 60 ribu penduduk”.

Unjuk rasa yang dilakukan setelah shalat Jumat tersebut menuntut empat hal. Hal tersebut di antaranya
menuntut tanggung jawab KPU terhadap hilangnya jumlah DPT, pendataan ulang jumlah DPT, tuntutan
agar KPU luber dan jurdil, serta harapan KPU mengumumkan sesegera mungkin DPT yang telah diperiksa
ulang.

Tuntutan tersebut tak lama kemudian ditanggapi oleh Komisioner KPU Jawa Barat, Aang Ferdiman.
Menurut Aang, KPU belum pernah melakukan sejarah penghapusan data pemilih. Namun, pada
kenyataannya, KPU Jawa Barat telah melakukannya untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) kali ini.
“Kami memiliki data-data yang harus dihapus untuk DPT dengan berbagai alasan,” ujar Aang.

Aang menyebutkan bahwa data yang dihapuskan dari DPT terdiri atas 26 % penduduk dengan data
ganda, 14 % penduduk meninggal dunia, 9 % tidak diketahui jasadnya di mana, sisanya penyebab
lainnya yang didata oleh Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP). Aaang melanjutkan, Penyebab
penghapusan jumlah DPT terbesar dikarenakan penduduk yang pindah alaman dari Jawa Barat. “44 %
DPT dihapus karena penduduk pindah alamat, di antaranya menjadi TKI,” kata Aang. Lebih rinci Aang
menyebutkan bahwa kabupaten yang paling sedikit kehilangan suara tersebut adalah Kabupaten Banjar,
dan yang paling banyak Kabupaten Bandung.

Dalam pendudukan masalah antara KPU dan FAM-NU di ruang Media Center KPU tersebut Aang juga
menyanggah bahwa KPU tidak bekerja. Setelah menyebutkan data-data tersebut, Aang memuji bahwa
PPDP benar-benar bekerja.

Di samping itu Aang juga menjawab tuntutan lain dari FAM-NU, di antaranya sikap luber dan jurdil.
“Sejauh ini di KPU tidak ada kesalahan terstruktur,” katanya. Untuk pengumuman ulang perihal DPT,
Aang menanggapi bahwa KPU selalu mengumumkan kepada masyarakat yakni adanya situs KPU yang
berisikan data-data pemilih.

Asep, Korlap aksi FAM-NU yang ikut pendudukan masalah tersebut ternyata masih belum menerima
penjelasan yang diberikan Aang. Pasalnya, ia mendapatkan data rinci bahwa di Desa Bojongloa Kidul ada
8 ribu penduduk yang belum terdaftar sebagai pemilih. Aksi unjuk rasa tersebut hanya berujung pada

penuntutan kembali dari FAM-NU agar KPU mendata ulang DPT, karena adanya perbedaan fakta yang
diterima. Afif-mj03


HMI Awali Tuntutan Pengesahan RUU Kamnas



BANDUNG—Sekelompok pemuda dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melakukan aksi
damai di depan Gedung Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat, Jl Diponegoro
No 22 Bandung, Kamis (17/1). Aksi damai tersebut merupakan usaha HMI untuk kembali
mengangkat isu Rancangan Undang-undang Kemanan Nasional (RUU Kamnas) yang tenggelam
karena isu-isu nasional lainnya, untuk disahkan.

Unjuk rasa yang tetap dilakukan dalam keadaan gerimis tersebut menyuarakan aspirasi
kepada peemerintah untuk mengkaji ulang dan mengesahkan RUU Kamnas. Dalam orasinya,
para pemuda tersebut sangat berharap RUU segera disahkan untuk mewujudkan stabilitas
keamanan negara. Menurut mereka dalam secarik kertas yang disebar kepada masyarakat
sekitar, stabilitas nasional merupakan ‘tiang penyangga’ untuk membangun masyarakat yang
sejahtera.

Selain stabilitas nasional, dalam kertas tersebut HMI juga menuntut pengesahan RUU Kamnas
disegerakan. Febby, Komandan Lapangan Aksi Damai tersebut terus mengumandangkan
tuntutan tersebut dalam orasinya, dan ketika diwawancarai oleh Republika. Ia mengakui ada
kekhawatiran akan ada politisasi dan konflik kepentingan antara Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri) jika RUU Komnas tidak segera disahkan.

Pengkajian ulang RUU Kamnas juga menjadi poin utama dalam aksi tersebut. “RUU Kamnas
masih memiliki kelemahan, seperti definisi keamanan nasional menurut DPR,” teriak Febby
ketika berorasi di depan gedung yang dikawal sekelompok polisi tersebut. Mereka berharap
pengkajian ulang RUU ini oleh legislator harus dapat dimaksimalkan dengan baik, agar
menghasilkan undang-undang yang sehat. “Kalau bisa masyarakat kecil juga diajak,” tambah
Dicky, yang juga bertugas Komandan Lapangan saat itu .

Meskipun hanya mengikutsertakan segelintir anggota HMI, aksi damai tersebut diharapkan
menjadi inisasi untuk pengangkatan kembali isu RUU Kamnas untuk dirampungkan. Dicky
mengatakan, aksi yang bertujuan pengingatan itu baru dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat.
“Akan ada aksi-aksi serupa di daerah lain, dan di sini juga dalam jumlah yang banyak. Saat ini
peserta unjuk rasa sepi karena kami menyegerakan, dan faktor cuaca juga, padahal awalnya
kami merencanakan 30 orang untuk ikut,” ujar Febby, mantan komisariat HMI menambahkan.

Aksi HMI tersebut tidak langsung digubris DPRD Jawa Barat yang siang itu menjadi target
terdekat dalam aksi damai. Ketika akan dimintai tanggapannya, Anggota Komisi A DPRD Jawa
Barat yang menangani masalah hukum ternyata tidak berada di lokasi sekretariat. Afif-mj03

Kabaret ‘Mahabaratha’ Badalohor, Untuk Siswa agar Mengenal Budaya



Apa yang Anda ketahui tentang kisah Pandawa Lima? Mayoritas masyarakat mengenal Pandawa
Lima sebagai tokoh-tokoh yang gagah berani dengan kekuatan khususnya masing-masing. Namun,
bagaimana jika Pandawa Lima ternyata mengocok perut masyarakat yang mengikuti kisah mereka?

Hal itulah yang terjadi di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat. Perjuangan
Pandawa Lima dalam panggung kabaret yang mengangkat kisah Mahabarata membuat para penonton
tak malu memperlihatkan tawa bahagianya. Tak hanya tertawa, para pelajar juga memeperlihatkan
kekaguman kepada Pandawa Lima. Decak kagum tertuang dalam riuh tepuk tangan ketika para legenda
tersebut berhasil merebut kembali kerajaan Astina dari tangan Kurawa.

Kabaret Mahabarata yang diselenggarakan oleh Event Organizer Badalohor Broadcast and
Entertainment memang disajikan penuh kelucuan dan keharuan. Pertarungan Pandawa dan Kurawa
dalam perang Barathayudha sejenak serius, sejenak penuh lelucon. Tak hanya Pandawa sebagai lakon
yang mampu beraksi lucu, peran lain yang mendukung jalannya cerita juga tak kalah membuat para
penonton tertawa.

Ketika diperhatikan, tawa yang ‘bergemuruh’ di gedung tersebut merupakan tawa penonton
yang ternyata siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Ya, kabaret tersebut melibatkan
banyak pelajar, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, baik sebagai penampil maupun
penonton. Target utama kabaret ini memang pelajar. Oleh karena itulah kabaret tersebut dibuat lucu
dan ringan, agar dipahami pelajar pada umumnya. Hal tersebut diakui oleh Windi Ruswandi, Pimpinan
Produksi Badalohor Broadcast and Entertainment, ketika diwawancarai setelah pementasan pada Rabu
(16/1), hari kedua jadwal pementasan.

Pada hari kedua pagelaran, bangku penonton dipadati siswa SD Lugina Sari I, Lugina Sari II,
dan Sukagalih VII. Dari tiga sekolah dasar yang terletak satu kompleks tersebut, siswa-siswa yang ikut
merupakan siswa kelas IV,V,dan VI. Merekalah yang menyemarakkan gedung pagelaran tersebut dengan
memberikan reaksi terhadap aksi-aksi para penampil.

Satu hal yang patut dibanggakan dari keikutsertaan siswa-siswa tersebut adalah mereka
yang meminta pada guru untuk hadir menonton pertunjukan. Guru-guru di sekolah tersebut juga tak
mau menghambat minat siswa-siswa mereka. Menurut Windresna, guru di SD Lugina Sari, guru-guru
membawa mereka ke pertunjukan sebagai bentuk pembelajaran luar sekolah. “Mereka setelah diberi
tugas menceritakan kembali apa yang mereka tonton,untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia,” ujarnya
ketika diwawancarai setelah menonton pertunjukan. Namun, ternyata keinginan siswa tersebut juga
harus diiringi tanggung jawab masing-masing membeli tiket seharga Rp 15.000 untuk masuk menonton
pertunjukan.

Berbeda dengan tiga SD tersebut, SMP Pelita Nusantara justru memang membawa siswanya
sebagai agenda sekolah tersebut. Agenda itu dinamakan Outing Program yang bertujuan mengenalkan
kegiatan di luar. Kegiatan yang bersifat tematik tersebut pada hari itu membawa siswa-siswa kelas VIII
menonton kabaret Mahabaratha. Untuk kelas VII dan IX akan dibawa pada hari lain. Hal yang sama
dengan tiga SD sebelumnya, SMP Pelita Nusantara juga memberikan tugas Bahasa Indonesia, yaitu
menganalisis unsur instrinsik kabaret tersebut.

Windi mengatakan, pemilihan kisah Mahabaratha untuk kabaret ini juga merupakan hasil survei
kepada siswa sebagai target. Lebih jelas ia mengatakan, “Kami melakukan survei pada siswa, dan banyak
siswa tidak mengetahui tentang budaya.” Mereka kemudian memilih Mahabaratha dengan mencari
kisah yang mengandung unsur budaya, yang sarat makna sosial.

Windi menjelaskan lebih lanjut, setelah menentukan kisah Mahabaratha mereka
mengumpulkan berbagai versi cerita yang beredar. Cerita-cerita tersebut mereka bandingkan untuk
digabungkan menjadi kisah yang utuh versi Badalohor. Ia mengatakan, kisah Mahabaratha yang dipilih
kemudian disajikan penuh dengan perseteruan baik dan buruk, kepahlawanan dan sifat rela berkorban.

Untuk penampil, Badalohor jelas melibatkan banyak siswa se-Kota Bandung dan Cimahi. Windi
dan rekan-rekannya memilih siswa-siswa dari 13 sekolah. Lima di antaranya sekolah menengah pertama
(SMP), sisanya sekolah menengah atas (SMA).

Dalam persiapannya, para anggota event organizer tersebut disebar ke 13 sekolah tersebut
sebagai pelatih. “Ibaratnya mereka itu sedang ujian di sekolah,” kata Windi menjelaskan posisi anggota
Badalohor yang menjadi pelatih. Para pelatih melatih masing-masing sekolah dengan sedikit garapan
yang berbeda di setiap sekolah. “Yang berbeda hanya beberapa garapan seperti audio, disesuaikan
dengan karakteristik sekolah. Untuk cerita dan kostum, semua sama,” katanya.

Setelah siswa-siswa 13 Sekolah tersebut telah menyelesaikan waktu latihannya selama 2
bulan, mereka tampil dengan jadwal yang diatur sedemikian rupa. Pada penampilannya, para pelatih
juga ikut tampil bersama penampil dari masing-masing sekolah. Selain penampilan masing-masing
sekolah dengan cara aktingnya masing-masing, para pelatih juga meramaikan jadwal pagelaran dengan
menampilkan kabaret yang dimainkan oleh mereka semua. Kabaret yang diisi oleh para pelatih tersebut
ditampilkan pada Rabu (16/1).

Para siswa yang bermain peran dalam kabaret tersebut ternyata diambil dari ekstrakurikuler
teater di sekolahnya masing-masing. Dalam ekstrakurikuler, siswa kemudian akan diberi penilaian
berdasarkan aktivitas mereka masing-masing. Hal itulah yang membuat mereka mau ikut terlibat dalam
penampilan kabaret tersebut , yang juga memudahkan Badalohor mencari dan melatih pemain.

Terbukti, para peserta ekstrakurikuler teater tersebut mampu menyajikan kabaret yang tak
kalah baik dibanding yang ditampilkan pelatihnya. Bagaimana Arjuna memperlihatkan ketangguhannya
memanah, bagaimana Abiasa memperlihatkan kesombongannya hingga ia mati di akhir cerita, atau
bagaimana Arimba bersikap marah dan menyeramkan, diperankan dengan baik oleh siswa-siswa
tersebut.

Pertunjukan yang berlangsung selama 59 menit 23 detik tersebut memang diakui sangat
menarik oleh para penonton. Perina, guru SMP Pelita Nusantara dengan singkat memberi pandangan
terhadap kabaret tersebut, “Well Prepare!”. Selain itu Fahri dan Rian, siswa kelas 4 SD Sukagalih 7
mengaku paham dan suka pada alur cerita kabaret tersebut. Satu yang disayangkan, usaha dan
keberhasilan Badalohor mengangkat budaya belum terakomodasi dengan baik oleh pemerintah.

Pementasan Kabaret tersebut diselenggarakan mulai tanggal 15 hingga 20 Januari 2013. Kabaret
yang direncanakan sejak Juli 2012 ini seharusnya diselenggarakan pada November 2012. Penundaan
hingga Januari 2013 dikarenakan gedung pementasan direnovasi saat itu. Afif-mj03

Penjual Makanan: Tiga Hari tanpa Daging Sapi



BANDUNG— Aksi mogok yang dilakukan penjual daging sapi di Kota Bandung mengakibatkan para
penjual makanan berdaging sapi tak memiliki pasokan daging untuk dijual. Namun, para pedagang
tersebut memperkirakan menjual makanan tanpa daging sapi hanya dalam tiga hari, mulai Selasa (22/1).
Untuk hari pertama aksi mogok, Senin (21/1), para penjual makanan masih dapat menjual daging sapi
dalam dagangannya.

Aksi mogok pedagang daging sapi disebabkan harga daging sapi yang terus naik hingga hari ini.
Hal tersebut dikarenakan pasokan daging yang langka, bahkan kosong. Namun, Kepala Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat H Kosmayadie TP menanggapi, kelangkaan hanya terjadi di Kota Bandung, bukan se-
Jawa Barat. Menurutnya, sebenarnya daging sapi ada, yang diimpor lewat check point Banjar ke Rumah
Pemotongan Hewan (RPH). Masalahnya ada di RPH yang tidak mendapatkan pasokan daging tersebut.

Di Pasar Cihaurgeulis daging sapi asli dijual dengan harga kisaran Rp 85.000 hingga Rp 90.000.
Hal tersebut diungkapkan oleh Oom Komariah, pedagang sate di Jalan Surapati. Ibu tersebut membeli
daging sapi bagian pinggang di Pasar Cihaurgelis seharga Rp 90.000. Untuk satu hari ia biasanya membeli
pasokan daging sapi sebanyak satu kilogram. Namun, ia mengaku daging yang ia beli dengan harga Rp
90.000 sudah dimulai sejak lama.

Suratno, seorang penjual bakso mendapatkan daging sapi untuk bakso seharga Rp 85.000. Ia
mengatakan, harga daging tersebut terus naik dari beberapa minggu yang lalu mulai dari Rp 78.000.
“Sebelumnya Rp 78.000, terus naik jadi Rp 80.000, sampai sekarang Rp 85.000. Yang Rp 85.000 ini sudah
dalam tiga hari sebelum mogok,” katanya. Untuk satu hari, Suratno membeli daging sebanyak dua
kilogram.

Dua pedagang makanan berkandungan daging sapi asli tersebut mengaku mengetahui akan ada
pemogokan dari penjual daging pada hari Minggu (20/1). Oom dapat membeli daging sehari sebelum
mogok, dengan harga yang sama. Namun, ia hanya mampu membeli untuk penjualan satu hari saja.
“Modalnya nggak cukup,” katanya. Suratno yang juga mengetahui sebelum hari mogok dimulai justru
mengaku tidak mendapatkan pasokan daging pada hari Minggu. Alhasil, ia tak menjual bakso sejak hari
pertama mogok.

Untuk daging sapi krewedan beberapa pedagang makanan dapat membelinya dengan harga
Rp 35.000 hingga Rp 40.000. Dwi, penjual gule sapi dan soto ayam gombong mengatakan, terakhir kali
membeli daging sapi krewedan seharga Rp 40.000. Lain lagi dengan Andre yang biasa membeli daging
sapi di pagi hari sebelum berdagang, masih dengan harga Rp 35.000. Dua pedagang tersebut masih
mendapatkan daging sapi untuk dijual pada hari pertama mogok.

M Syahrul, pedagang masakan padang di JL Surapati juga mengakui bahwa harga daging sapi asli
terus naik hingga Rp 85.00 per kilo gram. “Harga daging terus naik sejak Idul Fitri mulai dari Rp 63.000.
Padahal biasanya bertahan setelah penaikan harga saat Idul Fitri,” ujarnya. Beda dengan yang lain, M
Syahrul mendapatkan pasokan daging sapi sebanyak enam kilogram, untuk tiga hari ke depan. Afif-mj03


(Laporan saya ketika menjadi wartawan job training di Republika Jawa Barat)

Selasa, 08 Januari 2013

Sebuah Penjelasan atas Kritik dan Protes terhadap Film "Cinta tapi Beda"

Bolehkah saya ikut berklarifikasi menjelaskan masalah yang dipermasalahkan untuk film "Cinta Tapi Beda" karya Hanung yang diproduseri keluarga Punjabi?

Kalau boleh, singkatnya begini saja.

Ada tuntutan dari beberapa kelompok masyarakat Minang atas film tersebut. Tuntutannya adalah "Penghinaan" terhadap Minangkabau, terkait tokoh Diana sebagai gadis Padang namun beragama Katholik.

Saya jabarkan dahulu premisnya:


1. Padang itu kota, Minangkabau itu suku bangsa dengan segala adat budayanya.
2. Minangkabau, memiliki falsafah hidup "Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" yang terpatri pada perjanjian Bukik Marapalam.
3. Dari sana terpatri adat budaya bahwa Orang Minang asli, yang asli dengan adat dan budayanya, tentu harus beragama Islam. Di luar agama Islam, ia bukan orang Minangkabau.
Kota Padang, diisi oleh banyak suku bangsa, meskipun didominasi suku Minangkabau.
4. Orang Padang, pada kenyataannya, orang non Minang menganggap orang Padang itu sama dengan orang Minang (menurut pengalaman saya).
5. Hanung menokohkan Diana sebagai orang Padang, besar kemungkinan orang non-Minang menafsirkan Diana adalah orang Minang.
6. Pada filmnya (menurut yang sudah nonton), tidak dijelaskan bahwa Ranah Minang, tempat bernaungnya mayoritas adat budaya Minangkabau bersendikan agama Islam.

Jadi permasalahannya adalah:

1. Orang Padang yang biasanya dikenal oleh orang non-Minang dan orang awam lainnya sebagai orang Minang disajikan beragama non-Islam pada film tersebut.
2. Artinya, orang awam bisa menilai bahwa Orang Minang itu ada yang beragama selain agama Islam.
3. Padahal, SECARA ADAT, orang Minangkabau, haruslah beragama ISLAM. Keluar dari agama Islam, ke-Minang-annya hilang.

Jadi,


1. Itulah yang diprotes oleh mayoritas orang Minangkabau. Yakni penyajian Orang Minang yang bukan beragama Islam. Secara ADAT, itu tidak sesuai.
2. Satu yang harus ditekankan, yang memprotes bukanlah menghina balik agama non-Islam yang dikisahkan dalam film tersebut.

Begitulah. Saya harap tidak ada kesalahpahaman antara orang Minang dengan orang yang beragama non-Islam. Islam adalah agama yang indah, agama yang damai. :)

Ada kritikan? :)